Articles by "Destinasi Wisata"

SUARA.NABIRE, WAMENA - Salah satu keindahan alam Papua yang menyimpan keunikan dan pesonanya tersendiri adalah Sungai Baliem di kabupaten Jaya Wijaya yang letaknya tepat di lembah Baliem.

Adapun sungai Baliem memiliki panjang sekitar 60–80 km, dengan total panjang keseluruhan 414.2 km (257.4 mi). Sementara lebar minimum 15 m (49 ft) dan lebar maksimum 20 m (66 ft), yang mengalir melalui Lembah Baliem ke arah selatan dan bermuara di Pantai Asmat.

Berikut ini 5 (lima) keunikan yang akan Anda dapatkan jika berkunjung ke sungai Baliem.


1. Terletak di dataran tinggi dengan kadar air yang dingin
Sungai Baliem memang unik, karena terletak pada dataran tinggi yang ketinggiannya mencapai 1650 meter di atas permukaan laut, serta sungai ini sangat terkenal dengan kadar airnya yang dingin, bersuhu 14 hingga 18°C.

2. Terdapat jenis hewan cherax
Keunikan lainnya bahwa di sungai Baliem terdapat jenis hewan yang mengandung nilai adat yang tinggi bagi masyarakat sekitar, sama tinggi nilainya dengan ubi (hipiri) dan babi (wam). Hewan tersebut sejenis cherax spp yang merupakan genus lobster air tawar, yaitu genus udang karang terbesar.

Cherax spp atau genus udang karang ini suka bermain di lumpur. Pada malam hari hewan tersebut akan muncul dan bermigrasi ke pinggir sungai, sedangkan paginya mereka akan kembali ke perairan sungai yang dalam.

3. Pinggiran sungai terdiri dari rawa-rawa
Pada kawasan pinggiran sungai terdapat rawa-rawa yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk melepaskan hewan ternak babi. Sepanjang tepian sungai Baliem ini dapat dikelola menjadi objek pariwisata, perkebunan, dan pertanian. Dimana pada daerah sepanjang tepian sungai banyak tersdapat lahan perkebunan Suku Dani.

4. Terdapat udang selingkuh
Uniknya, di sungai Baliem ini terdapat habitat alami udang selingkuh, yakni udang endemik sungai Baliem. Bagian belakang hewan ini memang berbentuk udang, namun bagian depannya mirip seperti kepiting.

Adapun istilah "Udang Selingkuh" merupakan nama dari udang air tawar. Aslinya hanya dapat ditemukan di Sungai Baliem, Papua ini. Udang ini memiliki nama yang unik karena memiliki bentuk badan yang mirip dengan udang. Tapi memiliki capit seperti kepiting. Oleh karena itu udang ini anggap berselingkuh dengan kepiting.

Ukuran udang ini lebih besar dibandingkan dengan udang pada umumnya. Pada awalnya Udang Selingkuh ini ditemukan oleh tim peneliti Balai Arkeologi Papua, di Goa Togece Kampung Parema, Distrik Wesaput, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Konon diketahui bahwa bibit Udang Selingkuh ini pernah di tabur untuk pertama kalinya oleh seorang senior Guide/Pemandu senior di Sungai Baliem pada tahun 1961. Maka sejak itulah Udang Selingkuh perlahan mulai berkembang di Sungai Baliem. Hingga saat ini sudah menjadi salah satu kuliner khas Papua. Yang pastinya banyak digemari oleh para pecinta kuliner.

5. Bentuknya berkelok seperti ular besar
Aliran sungai Baliem terlihat berkelok dan berliku-liku mirip seperti seekor ular besar. Menurut cerita mitos suku Dani, terjadinya sungai ini memang berawal dari seekor ular besar yang konon suka memangsa anak laki-laki.

6. Mitos terbentuknya sungai Baliem
Sungai Baliem memiliki mitos yang dipercaya oleh suku Dani menjadi asal mula terbentuknya sungai ini. Konon hiduplah satu keluarga yang merindukan kehadiran anak laki-laki ditengah keluarga mereka. Pada suatu ketika saat yang dinantikan itu pun tiba, dimana anak laki-laki yang sangat dirindukan itu lahir di tengah-tengah keluarga tersebut.

Namun kelahiran anak laki-laki yang mereka cintai itu menjadi kerisauan tersendiri mengingat saat itu masyarakat dihebohkan dengan munculnya seekor ular besar yang suka memangsa anak laki-laki.

Sehingga keluarga itu pun melakukan penjagaan ekstra ketat terhadapa anak laki-laki mereka itu. Jika kedua orang tuanya pergi berkebun, maka anak perempuan mereka ditugaskan untuk menjaga adik laki-lakinya, dengan pesan agar segera memanggil bapaknya jika ular besar itu datang.

Singkat cerita, suatu saat ular itu pun datang dan ingin memangsa anak laki-laki dari keluarga tersebut. Anak perempuan kemudian bergegas berteriak memanggil bapaknya. Bapaknya pun datang dengan membawa kapak batu dan menyerang ular tersebut, maka terjadilah pertarungan hingga beruujung pada tewasnya ular besar itu dengan dipotong menjadi dua oleh bapak dari anak-anak laki itu.

Dengan peristiwa itu, ular besar itu kemudian diyakini oleh masyarakat telah berubah menjadi sungai Baliem, dimana kepalanya mengalir ke utara dan ekornya mengalir ke selatan.

Meskipun saat ini sungai Baliem ini tidak lagi mengalir ke utara, sebab menurut cerita masyarakat sekitar bahwa pernah terjadi gempa bumi atau tanah longsor pada masa lalu sehingga menutup aliran Sungai Baliem yang mengarah ke utara.

Namun apapun itu, sungai Baliem tetap saja menyimpan keunikan dan sejuta pesona alam Papua yang tiada taranya dan patut untuk dilestarikan. (Red)

Editor: Musafir Nawipa

GALERI FOTO


Kent Sroyer (Pimpinan Suara Nabire) dan Yus Baminggen (Pimpinan Lanny.News)


Abdy Busthan (Pendiri Kompas.Papua)

Yus Baminggen, Abdy Busthan dan Kent Sroyer

SUARA.NABIRE | Gua Lokale adalah salah satu kekayaan alam Papua yang sangat unik dan misterius. Pasalnya hingga sampai detik ini ujung dari gua ini belum pernah ditemukan. 

Gua Lokale yang awalnya bernama gua "Wikuda", terletak di desa Woslimo, tepatnya di lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Papua, yang jaraknya sekitar 20 kilometer dari kota Wamena, dan dihuni oleh hampir sebagian suku Dani.

Menurut Benny Walela, seorang penjaga gua ini, pernah di tahun 1996 datang dua orang peneliti asal Amerika yang mencoba masuk ke dalam gua untuk menemukan ujungnya, namun hingga dua hari lamanya mereka berjalan di dalam gua, mereka tidak bisa menemukan ujung dari gua tersebut.

Sehingga pada akhirnya kedua peneliti asal Amerika tersebut mengklaim bahwa gua Lokale adalah gua terpanjang di dunia, karena hingga saat ini belum ditemukan ujungnya.



Bapak Benny Walela (Penjaga Gua Lokale)

"Sejauh ini, perjalanan paling jauh yang bisa ditempuh oleh pengunjung goa baru mencapai 3 km," demikian ungkap Benny ketika ditemuia awak media ini pada Jumat (22/01/21).

Diketahui bahwa Gua Lokale ini mulai dikunjungi wisatawan sejak tahun 1992, namun menurut Benny, hingga detik ini perhatian Pemerintah daerah masih sangat kurang.

Adapun gua ini terbentuk dari bebatuan kapur dan pada sekitar gua terdapat banyak hutan pinus. Pintu masuk ke dalam gua Lokale berbentuk celah sempit, dan terdapat tangga masuk ke dalam gua.

Keadaan dalam gua sangat gelap, sehingga para pengunjung yang akan memasuki gua Lokale harus menggunakan senter. Sementara udara dalam gua cukup dingin dan terdapat banyak stalagmit serta stalagtit di langit-langit gua. Stalagtit tersebut berbentuk bintang-bintang.

Di dalam gua Lokale juga terdapat beberapa mata air, dan uniknya sekitar 2 km di kedalaman gua terdapat dua Aula besar lengkap dengan tempat duduk yang menyerupai ruang rapat. Sementara salah satu dinding gua Lokale memiliki rongga yang apabila di ketuk, maka akan menimbulkan bunyi gendang. (Red)

Galeri:

SUARA.NABIRE - Bukan isapan jempol semata jika dikatakan daya tarik wisata di kabupaten Nabire sangat indah, unik dan beragam. Terutama tersebar di beberapa titik seperti pada kawasan Kwatisore dan Yaur.

Hal menarik dari kawasan Kwatisore dan Yaur adalah pengunjung dapat melihat langsung atraksi hiu paus. Atraksi ini menjadi salah satu magnet penarik wisatawan baik mancanegara maupun nusantara untuk berkunjung dan menikmati sensasi berenang bersama hiu paus.

Pada sisi lainnya, keindahan terumbu karang yang tersebar hampir di semua kampung serta keindahan pantai yang terdapat di kampung Bawei, Kwatisore, Sima dan Goni, juga menjadi sasaran para wisatawan yang berkunjung.

Keindahan alam lainnya yang dapat dinikmati di wilayah ini adalah keberadaan Batu Akudiomi di Kwatisore, dari lokasi ini kita dapat melihat keindahan pantai dan laut karena batu ini berlokasi di ketinggian. Disamping itu, pada wilayah Kwatisore dan Yaur juga terdapat atraksi budaya yaitu bambu gila dan prosesi injak piring.

Berikut beberapa destinasi wisata pantai di kawasan Kwatisore dan Yaur di Kabupaten Nabire

1. Pulau Pepaya
Pulau ini dulunya merupakan habitat dari kelelawar, akan tetapi karena seringnya terjadi perburuan, maka jumlahnya semakin menurun dan kemungkinan telah bermigrasi ke pulau lain yang aman. Dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam memakai speedboat dari Nabire, kita dapat melakukan aktifitas berenang, snorkeling, diving, fishing, pengamatan burung dan vegetasi hutan daratan pulau.

2. Pulau Nusir
Perairan sekitar Pulau Nusir sebelah Timur Kampung Yaur memiliki potensi wisata berupa keindahan dan keunikan terumbu karang. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Pulau Nusir adalah snorkeling dan diving.

3. Tanjung Napan Yaur & Perairan Napan Yaur
Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di tempat ini diantaranya yaitu pengamatan burung cenderawasih (Paradisea sp.) dan pengamatan Kima (Tridacna spp.) yang dikumpulkan masyarakat sehingga lebih memudahkan untuk melihat keanekaragaman jenis kima yang ada dalam kawasan.

4. Pulau Manimaje & Pulau Nurage
Kegiatan wisata yang dilakukan di tempat ini adalah wisata diving/snorkeling dengan pengamatan keanekaragaman dan panorama terumbu karangnya. (Red)

SUARA.NABIRE - Rumberpon adalah sebuah distrik di kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, Indonesia. Pusat pemerintahannya berada di Kampung Yembekiri. Distrik ini merupakan distrik paling utara yang wilayahnya sangat luas dan hampir sebagian besar wilayah ini terdiri dari perairan dengan satu pulau utama.

Selama ini mungkin banyak yang belum mengetahui jika pulau Rumberpon ini memiliki potensi wisata yang beragam, mulai dari keindahan bawah laut, pantai, padang rumput, dan mangrove.

Didekat Kampung Isenebuai, terdapat hutan mangrove, serta pantai pasir panjang dan padang rumput di bagian belakang kampung yang cukup berpotensi menjadi Obyek Wisata.

Terdapat pula sebuah hamparan kebun, yakni kebun Kima, yang merupakan binaan kelompok ibu-ibu (Mama Ira) di Kampung Yomakan yang juga berpotensi menjadi obyek wisata, baik wisata alam maupun wisata pendidikan yang dapat menunjukkan bermacam-macam jenis kima yang ada di dalam kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC).

Disamping pulau Rumberpon, terdapat juga pulau Roswar yang memiliki potensi wisata alam yang dapat dikembangkan. Pulau ini memiliki 4 (empat) kampung sekaligus, yaitu: Kampung Yomber dan Syeiwari yang terletak di sebelah timur; dan Kampung Waprak dan Nordiwar di sebelah selatan.

Pada keempat kampung tersebut, terdapat obyek wisata budaya dan sejarah berupa peninggalan-peninggalan nenek moyang berupa peti disertai piring antik pra sejarah peninggalan suku Biak Numfor yang tersimpan di dalam gua.

Pulau ini juga memiliki obyek wisata yang unik yaitu kali panas yang merupakan sungai air panas karena mengandung belerang. Air sungai ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Situs sejarah atau religi juga terdapat di Kampung Syeiwar berupa peninggalan misionaris Frans Mose. Dan sekitar perairan Pulau Roswar, merupakan area dimana sering dijumpai ikan lumba-lumba dan di beberapa area padang lamun dapat dijumpai ikan duyung. Sebagaimana jenis ikan duyung yang dapat dijumpai di perairan Pulau Roswar, spesies ini juga dapat dijumpai di Pulau Yop.

Pulau ini memiliki padang lamun yang masih baik, mangrove serta terumbu karang yang bagus untuk wisata snorkeling. Pada bagian dalam pulau ini, terdapat Batu Anitui yang dipercaya masyarakat setempat apabila seseorang mampu mengangkat batu tersebut maka keinginan dan cita-cita orang yang mengangkat batu tersebut akan terkabulkan. 


Batu Anitui

Tak hanya itu, di sisi barat Pulau Yop sebelah selatan Kampung Yopmios, terdapat batu-batu karang yang di dalam celah karang terdapat tulang-tulang tengkorak yang menurut penuturan masyarakat Yopmios, wilayah ini merupakan tempat kuburan orang Yop kuno.

Terdapat juga Pulau Purup, merupakan salah satu titik penyelaman dengan keindahan terumbu karangnya. Bagian tengah pulau ini juga terdapat telaga dengan lukisan pada dinding tebing yang diyakini merupakan peninggalan seni budaya nenek moyang.

Pada tempat lainnya, tepatnya di Kampung Windesi, terdapat pula situs sejarah berupa Bukit Kamadiri, yang disebelahnya terdapat sebuah cawan tanah liat berisi patung ikan dan di luarnya terdapat tongkat ular. Dan pada bagian belakang tugu ini terdapat bekas sekolah, tempat kerja, dan rumah Van Ballen (misionaris) pada jaman dulu. (Red)

Sumber Rujukan:
Ben Gurion Saroy & Saiful Anwar. (2018). Meretas Ekowisata Berbasis Konservasi Tradisional Di Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Manokwari: Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Galeri Foto
(Sumber Foto: Ben Gurion Saroy & Saiful Anwar, 2018)

(Cawan tanah liat berisi patung ikan dengan tongkat ular)

(Wilayah kelola Adat Apimasum)

(Tugu Kamadiri dan pemandangan yang tampak dari tugu)

SUARA.NABIRE | Ikan mola-mola atau biasanya disebut dengan "sunfish", ditemukan oleh seorang warga Nabire, bernama Jhon Edio, di perairan Teluk Cendrawasih, pada jumat (15/01/21), Pukul 11.36 Wit.

Menurut salah satu pegiat wisata senior di kota Nabire, Aristoteles Wambrauw, ST., ikan ini cukup unik karena bentuk badannya yang bulat pipih dan memiliki sirip menjulang ke atas dan ke bawah. Sementara matanya terlihat sangat besar dan gerakan tubuhnya sedikit lamban.

Bung Aris, demikian sapaan akrab, menjelaskan bahwa biasanya ikan mola-mola banyak bermunculan di perairan tropis dan diklasifikasikan dalam kelompok hewan rentan terhadap kepunahan. Bahkan ikan tersebut berada pada kelompok tingkat rentan kepunahan yang sama dengan beruang kutub, cheetah dan panda raksasa.

"Nah, kemunculan ikan mola-mola adalah suatu bukti bahwa Perairan laut Nabire menyimpan banyak potensi untuk dijadikan obyek wisata selam yang tentu sangat menarik untuk dikunjung oleh para penyelam seluruh dunia," ungkap bung Aris.

Dibeberkan Bung Aris bahwa pengalamannya untuk melihat ikan mola-mola berenang di alam bawah laut adalah dengan harus bersusah payah menuju ke Nusa Penida Bali sebanyak dua kali.

"Ya, saya harus ke Nusa Penida Bali sebanyak dua kali baru bisa melihat ikan fenomenal ini, setelah gagal melihat di kali pertama karena musim mola telah berlalu," terangnya.

Karenanya Bung Aris berpesan bahwa warga Nabire harus bangga dan berbahagia karena kemunculan ikan mola-mola di perairan Nabire. "Kita harus bangga karena ikan mola-mola ini sudah bermain di halaman rumah kita, tinggal kita saja yang perlu mendata spot, melihat waktu kemunculan, pasang surut air dan suhu air," ungkapnya.

"Kalo Nusa Penida bisa terkenal dengan Crystal Bay dengan Mola-molanya, tentu Nabire juga bisa," tutup Bung Aris Wambrauw ketika dikonfirmasi oleh awak media ini via whatsapp. (Red)

Simak video kemunculannya disini:

SUARA.NABIRE - Hiu paus atau biasa disebutkan dengan "Whale Shark", adalah jenis hiu terbesar yang panjangnya bisa mencapai 14 meter dan dapat mencapai usia lebih dari 100 tahun.

Kita tahu bersama bahwa di kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Whale Shark sering muncul ke permukaan dan berinteraksi dengan manusia. Ikan ini sangat jinak dan tidak takut dengan manusia. Mereka biasa muncul di sekitar bagan tempat menangkap ikan teri.

Singkatnya, ikan Hiu Paus di kawasan Teluk Cenderawasih bisa dipanggil dengan melempar ikan teri ke dalam laut. Biasanya mereka muncul beberapa ekor dan langsung menyembul kepermukaan laut, sembari membuka mulut dan menampung teri yang dilemparkan nelayan dari bagan.

Meski bertubuh besar, jenis hiu paus yang berada di kawasan Teluk Cenderawasih tidak berperilaku agresif dan tidak menghindari kontak dengan manusia.


Namun, hal ini bukan berarti kita bisa memperlakukan mereka seenaknya. Saya melihat bahwa banyak para pelaku wisata dan wisatawan yang mengabaikan aturan berenang bersama hiu paus tersebut.

Bagi saya, sebenarnya bukan ide yang baik untuk berenang bersama dengan makhluk laut ini sejauh kita tidak memahami aturan interaksi bersama spesies ikan terbesar di dunia ini.

Di media sosial pun banyak ditemukan postingan foto wisatawan atau penyelam yang berenang bersama hiu paus tetapi mereka menyalahi aturan. Bahkan diantara mereka ada yang menyentuh serta menunggangi punggung ikan besar ini.


Sekali lagi, memang sangat disayangkan masih banyak pengunjung atau para pelaku wisata dan wisatawan yang mengabaikan aturan berenang bersama hiu paus ini.

Petunjuk Interaksi 
Dalam berinteraksi dengan hiu paus, seyogyanya semua pihak dapat mengetahui teknik dan cara yang tepat agar keberlangsungan hidup hiu paus tetap terpelihara dengan baik.

Nah, apa saja petunjuk yang perlu kita perhatikan bersama jika ingin berenang dan bertemu hiu paus tanpa mengganggu dan melukai mereka? 

Petunjuk ini sangat penting diketahui untuk menjaga keamanan dan keselamatan hiu paus dan juga penyelam di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Berikut saya akan membagikan petunjuk atau cara-cara berinteraksi dengan hiu paus, yaitu sebagai berikut:
  1. Bagi para Pemandu, saya sarankan agar harus melakukan briefing singkat kurang lebih 10-15 menit, agar bisa menjelaskan seperti apa karakter hiu paus.
  2. Sedangkan Snorkeler (perenang/pengunjung di laut) setidaknya harus memperhatikan dengan seksama sehingga bisa mengikuti instruksi pemandu
  3. Snorkeler harus menjaga jarak untuk memberi ruang kepada hiu paus, kurang lebih 2 meter dari tubuh hiu dan 3 meter dari ekornya.
  4. Durasi berinteraksi dengan hiu paus maksimal 60 menit untuk setiap grup.
  5. Penggunaan kamera diperbolehkan, tetapi tanpa flash.
  6. Sangat dilarang menyentuh ataupun menunggangi hiu paus.
  7. Dilarang mengeluarkan suara keras.
  8. Penggunaan scuba dibatasi. Maksimal 2 pengguna scuba dalam 1 grup. Namun, lebih disarankan untuk tidak menggunakan scuba.
  9. Satu grup terdiri satu orang pemandu dan maksimal 6 orang peserta.
  10. Perahu harus ditambatkan di bagan pada sisi yang telah ditentukan dalam kondisi mesin mati.
  11. Hanya boleh ada 1 perahu dengan 1 grup per bagan.
  12. Kecepatan perahu menuju bagan maksimal 10 knot dalam jarak 1 kilometer dan 2 knot dalam jarak 50 meter dari bagan dan 20 meter dari hiu paus.
  13. Snorkeler harus masuk ke air setenang mungkin.
Tentu saja masih banyak lagi petunjuk yang musti diketahui. Namun dengan keterbatasan yang ada, setidaknya saya hanya bisa memberikan 13 petunjuk ini sebagai dasar bagi siapa saja yang ingin berkunjung dan melihat Hius Paus di Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

Akhirulkalam, mari kita semua menjaga kelangsungan hidup Hiu paus (whale shark) ini, karena ikan ini termasuk salah satu potensi wisata yang diandalkan di Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Dan yang terpenting adalah terdapat garansi untuk kemunculan ikan terbesar ini setiap hari sepanjang tahun.

Salam Nusantara,
Oleh: Aristoteles Wambrauw, ST
(Penyelam dan Pegiat Wisata)

Galeri Foto

(Foto: Aris Wambrauw)


(Foto: Aris Wambrauw)


(Foto: Aris Wambrauw)

SUARA.NABIRE - Sebanyak 88 ekor tukik atau yang biasa dikenal dengan anak penyu, dilepaskan di pantai Makimi Nabire oleh kelompok "The Kombongers" yang merupakan Komunitas Penyelam Nabire.Pelepasan anak penyu ini dilakukan oleh The Kombongers pada hari Selasa (7/7/2020), sekitar pukul 17.25 Wit, yang disaksikan langsung oleh beberapa warga sekitar pantai Makimi Nabire.

Menurut Aris Wambrauw, salah seorang penyelam senior Nabire, yang juga termasuk anggota kelompok The Kombongers, bahwa selain meminimalisir kepunahan, kegiatan ini juga bertujuan sebagai langkah untuk memberikan edukasi terkait pentingnya pelestarian penyu di daerah Nabire.

"Pelepasan anak penyu alias tukik ini kami lakukan sebagai upaya melestarikan populasi penyu di kabupaten Nabire agar tidak punah. Selain itu, dengan adanya penyu di lautan, akan memberikan dampak yang luar biasa, baik untuk keseimbangan lingkungan maupun sebagai peningkatan ekonomi di sektor perikanan," demikian dijelaskan Aris kepada awak media ini

Anak-anak penyu dilepaskan kembali ke habitatnya (Foto Abdy/Nabire.NEWS)


Kelompok The Kombongers dan warga melepas tukik (Foto Abdy/Nabire.NEWS)

Ke-88 ekor anak penyu ini awalnya ditemukan oleh seorang warga Makimi bernama Welem Wopairi (23 tahun) pada hari Sabtu tanggal 5 Juli 2020, usai membuang jaring di laut.

"Waktu itu kami baru pulang tarik jaring, pas saya mau pergi ambil karung untuk isi ikan-ikan, kaget begini, anak penyu dong muncul banyak-banyak dekat karung," ujar Welem dengan dialeg Papuanya yang masih kental.

Ketua The Kombongers, Riki Edy (43 tahun) berharap dengan pelepasan tukik atau anak penyu ini, bisa memberikan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya penyu di kawasan laut Nabire.

"Saya pribadi sebagai penyelam sudah prihatin dengan kondisi laut sekitaran Nabire karena biotanya mulai sedikit. Ikan sedikit, penyu sedikit, karang-karang pun kurang sehat. Makanya saya merasa kog di daerah lain seperti di Bali, Lombok, dan NTT sana mempunyai penyu banyak, sementara disini habitatnya mulai berkurang," ungkap Riki.


Riki Edy sedang melepas tukik (Foto Abdy/Nabire.NEWS)

Dijelaskan lanjut oleh Riki, bahwa penyu itu memiliki peran penting di laut. Selain ia memakan rumput laut yang merusak karang, penyu juga memakan ubur-ubur yang memakan telur-telur ikan. "Jadi dengan ini menujukkan bahwa kesehatan laut memang sangat bergantung sepenuhnya kepada penyu," jelas Riki. 


Riki dan rekan melepaskan tukik kembali ke habitatnya (Foto Abdy/Nabire.NEWS)

Untuk melepaskan anak-anak penyu ini kembali ke habitatnya, perjuangan Riki bersama rekan di kelompok The Kombongers memang patut diacungi jempol. Karena mereka harus berupaya untuk bertemu dan memberikan eduakasi terkait pentingnya pelestarian laut kepada warga yang masih awam, bahkan tidak tanggung-tanggung mereka juga harus memberikan uang kepada warga yang menemukan tukik ini agar bisa melepaskan tukik kembali ke alamnya. (Red).



SUARA.NABIRE - Bauhaus adalah sekolah seni, arsitektur, dan desain paling terkenal abad ke-20. Didirikan oleh seorang arsitek Jerman bernama Walter Gropius pada tahun 1919.

Inti dari teorinya adalah visi utopis tentang utilitas dan kreativitas yang datang bersama untuk membentuk estetika artistik baru. Konsepnya memunculkan bentuk seni yang mencakup semua yang sayangnya berumur pendek tetapi revolusioner pada saat itu. Berikut adalah beberapa fakta sejarah tentang arsitektur Bauhaus yang berlangsung antara tahun 1919 dan 1933.



Industrialisasi Zaman Mesin menciptakan dikotomi antara industri dan seni. Dalam budaya kontemporer, citra barang-barang buatan mesin membuat orang cemas karena tidak memiliki bentuk pengerjaan apa pun yang membuat para pengrajin bangga akan sejarah.

Gropius perlu menjawab fenomena seni yang tidak dapat diterima ini meninggalkan kerajinan, dan ia melakukannya melalui konsep Gesamtkunstwerk. Ini adalah istilah Jerman abad ke-19 yang diterjemahkan menjadi 'total artwork' serta pertemuan berbagai bentuk seni untuk menghasilkan desain yang unggul.

Seniman dan perancang yang mirip seperti Wassily Kandinsky dan Paul Klee, di antara banyak lainnya, para siswa Bauhaus belajar untuk mengubah kreasi seni dari ide-ide industri dari tenun, keramik, pertukangan menjadi penjilid buku.



Gropius memindahkan sekolah dari Weimar ke Dessau pada tahun 1925. Di sini, ia membangun gedung baru melalui visi Modernisnya. Dia memiliki rencana arsitektur yang memaksimalkan efisiensi spasial yang dapat memuat sebuah studio, ruang administrasi, dan ruang kelas yang indah.

Murid-murid Marcel Breuer diajarkan untuk mendekonstruksi sifat furnitur, mengganti bahan, dan mengurangi desain untuk membuat kreasi yang lebih ringan, dan lebih mudah diproduksi secara massal. Desainer yang bekerja di studio pengerjaan logam seperti Marianne Bradt menciptakan peralatan makan dan perlengkapan yang menerapkan kedua prinsip peningkatan utilitarian dan keahlian.

Itu dimungkinkan di bawah kepemimpinan Lazlo Moholy-Nagy yang adalah seorang fotografer Hongaria, dan profesor. Herbert Bayer, seorang desainer grafis, merumuskan tipografi khusus untuk Bauhaus saja dan itu berfungsi sebagai tujuan promosi untuk sekolah.



Pada tahun 1928, Gropius mengundurkan diri sebagai direktur sekolah Bauhaus dan menyarankan seorang arsitek bernama Hannes Meyer untuk menjadi penggantinya. Dia menjunjung tinggi prinsip-prinsip Gropius dengan penuh hormat ketika dia terus menekankan desain dan fungsionalitas untuk massa. Karena kecenderungan komunisnya, ia hanya menghabiskan dua tahun sebagai direktur sekolah karena kota Dessau membebaskannya dari tugasnya. Arsitek Ludwig Mies van der Rohe menggantikannya.

Partai Nazi melihat bahwa para siswa Bauhaus menjadi lebih terpolitisasi, karenanya, menjadi ancaman bagi perjuangan mereka. Mereka sebagian digerakkan untuk menghentikan sekolah pada tahun 1932 karena ini. Ludwig Mies van der Rohe melanjutkan sekolah di Berlin, tetapi ketika Perang Dunia II menjulang, pintu sekolah akhirnya ditutup untuk selamanya pada tahun 1933.



Praktisi Bauhaus seperti Josef Albers, Lazlo Moholy-Nagy, Marcel Breuer, dan Walter Gropius membawa gerakan mereka ke AS ketika mereka melarikan diri melalui Eropa di tengah perang. Itu menyebabkan Chicago menjadi salah satu kota paling terkenal untuk desain dan arsitektur eksperimental pada 1930-an. Itu juga menjadi situs Bauhaus baru. Hari ini, telah menjadi Institut Teknologi Illinois dan sisa-sisa sekolah masa lalu dilestarikan dan tersebar di seluruh AS dan Eropa.

Chicago menjadi salah satu kota paling menonjol untuk arsitektur dan desain inovatif pada 1930-an dan berfungsi sebagai situs Bauhaus Baru Maholy-Nagy (sekarang Institut Teknologi Illinois). Saat ini, sisa-sisa sekolah Bauhaus dilestarikan di Eropa dan di seluruh Amerika Serikat, dari Chicago hingga New York City dan Massachusetts.

Diterjemahkan dari:
 

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget