Nubuat tentang Mesias memiliki jenis dan sifat tertentu. Untuk jenisnya, nubuat tentang Mesias terdiri dari dua jenis, yaitu: (1) Nubuatan umum, dan (2) Nubuatan khusus.
Sementara untuk sifat-sifat nubuatan tentang Mesias, menurut ahli Theologia Injili Amerika, Walvoord John (1969), terdiri dari empat sifat-sifat utama, yaitu: (1) Bahasanya sering sama-samar; (2) Bahasanya bersifat kiasan, (3) Mesias masa depan dianggap sebagai masa lalu dan masa sekarang, (4) Dapat dilihat sebagai sesuatu secara horisontal dan bukan vertikal
Jenis Nubuatan Mesias
Menurut Busthan Abdy (2018:32), dalam Perjanjian Lama (PL), terdapat banyak sekali nubuat tentang Mesias yang disampaikan melalui ragam bahasa dan konsep. Namun hanya terdapat dua jenis nubuat tentang sosok Mesias ini.
Pertama. Nubuatan tentang Mesias secara umum. Yaitu nubuat yang diungkapkan dalam bahasa yang hanya dapat digenapkan oleh Mesias sendiri. Misalnya dalam kitab 1 Samuel 2:35 dikatakan bahwa,.. “Aku akan mengangkat bagi-Ku seorang imam kepercayaan, yang berlaku sesuai dengan hatiKu, dan jiwaKu, dan Aku akan membangunkan baginya keturunan yang teguh setia, sehingga Ia selalu hidup di hadapan orang yang Kuurapi”.
Walaupun penggenapan segera dari nubuat ini barangkali dipenuhi langsung oleh Samuel, namun memiliki penggenapan lain di luar Samuel—yang menunjuk kepada penggenapan akhir dalam Kristus. Meskipun nantinya keimaman Samuel dan garis keturunannya berakhir, tetapi keimaman kekal yang diramalkan dalam nubuatan ini akan sepenuhnya digenapi di dalam Kristus.
Kedua. Nubuatan tentang Mesias secara pribadi. Jenis ini seringkali ditemukan dalam Perjanjian Lama dan dapat pula diketahui dari istilah-itilah khusus. Misalnya saja dalam Yesaya 7:14 dikatakan bahwa Mesias diketahui dari istilah yang tak biasa dipakai yaitu “Imanuel” yang artinya “Allah menyertai kita”. Bagian ini secara istimewa membicarakan tentang Mesias yang akan datang.
Sifat-sifat Nubuatan Mesias
Banyak nubuatan Mesias cukup jelas, khususnya bila dipandang berdasarkan pernyataan Perjanjian Baru (PB) yang penggenapannya memberikan keterangan tentang isi nubuatan di dalam Perjanjian Lama (PL).
Menurut Walvoord John (1969) dalam Busthan Abdy (2018:33-35), nubuatan tentang Mesias umumnya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
Pertama. Bahasa dari nubuatan tentang Mesias sering samar-samar. Maksud Allah dari kesamaran ini adalah untuk menjadikan nubuatan itu dapat dimengerti hanya oleh orang-orang percaya sejati yang diajarkan oleh Roh Kudus dan oleh karena itu, ia dapat membedakan mana bagian-bagian yang merupakan nubuatan tentang Mesias, dan bagian-bagian yang bukan. Banyak diantara bagian-bagian itu tidak dapat ditafsirkan, kecuali diterangi oleh seluruh isi firman Allah.
Kedua. Bahasa dari nubuatan tentang Mesias sering bersifat kiasan. Dalam artian bahwa arti dari kiasan itu tidak perlu tak berketentuan, karena sering kiasan itu memberikan maksud yang sangat jelas bahkan walaupun bagian tersebut barangkali perlu untuk ditafsirkan. Misalnya nubuatannya berbunyi, “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah” (Yesaya 11:1). Ayat ini menunjuk kepada Mesias sebagai Seorang yang akan diturunkan dari Isai. Dalam konteks ini, meskipun nubuatan itu memakai bahasa kiasan, namun kebenaran yang dikandungnya jelas.
Ketiga. Dalam nubuatan tentang Mesias masa depan, sering dianggap sebagai masa lalu atau masa sekarang. Dalam bahasa Ibrani sering memakai pengertian “sudah” dalam menulis nubuatan. Misalnya nubuat-nubuat agung dari kitab Yesaya 53 yang ditulis seakan-akan sudah terjadi. Gaya bahasa seperti ini menunjukkan bahwa peristiwa yangg diramalkan dalam Perjanjian Lama tersebut pasti digenapi, walaupun terjadi di masa depan dan bukan di masa lalu.
Keempat. Seperti bentuk-bentuk nubuatan yang lain, nubuatan tentang Mesias sering dilihat secara horisontal dan bukan vertikal. Dengan perkataan lain, walaupun urutan peristiwa dalam nubuatan itu pada umumnya dinyatakan dalam Kitab Suci, tetapi nubuatan-nubuatan tersebut tidak selalu memberikan jarak waktu yang mestinya ada diantara dua peristiwa besar yang disebutnya.
Sebagaimana biasa dinyatakan puncak-puncak gunung nubuatan dinyatakan begitu saja tanpa menyebutkan adanya lembah-lembah yang terdapat diantaranya. Oleh karena itu, nubuatan Perjanjian Lama bisa saja melompat dari peristiwa penderitaan Kristus langsung kepada kemuliaan-Nya tanpa menyebutkan jangka waktu yang terbukti dari sejarah memisahkan kedua peristiwa besar itu.
Fakta bahwa nubuatan tentang Mesias tidak selalu menyebutkan jangka waktu diantara beberapa peristiwa, digambarkan dalam kutipan Kristus dari Yesaya 61:1-2 di dalam Lukas 4:18-19, dimana ayat-ayat dalam Yesaya menghubungkan kedatangan pertama dan kedua dari Kristus tanpa sesuatu petunjuk bahwa diantara keduanya terbentang jarak waktu yang lebar.
Tetapi sejarah telah membuktikan bahwa keduanya dipisahkan oleh jangka waktu paling sedikit lebih dari 1900 tahun. Yesus Kristus dalam kutipan-Nya menyebutkan aspek-aspek kedatangan pertama-Nya. Tetapi kemudian tiba-tiba berhenti tanpa menyebutkan ayat selanjutnya mengenai “hari pembalasan Allah” yang menunjuk kepada hukuman disaat kedatangan kedua kali-Nya.
Apabila dimengerti benar-benar masalah dalm menafsirkan nubuatan tentang Mesias ini tidak begitu sulit. Tetapi si penafsir harus teliti untuk mengambil kesimpulan tentang maksud dari penulis.
Oleh: Abdy Busthan
Daftar Pustaka:
Busthan Abdy (2018). Mesias dalam Progeni (hal. 31-35). Kupang: Desna Life Ministry
Posting Komentar