Ads

Yudas Iskariot Sang Pengkhianat Kristus



Dalam peradaban insan manusia di alam ini, Yudas adalah lambang “manusia pengkhianat”. Jika nama Yudas dibicarakan, maka orang akan mengenang kembali peristiwa penghianatan sang murid Kristus ini dengan kasus suap berjumlah 30 keping uang yang terbuat dari perak (Matius 26:14-16);(band. Zakharia 11:12).

Injil Matius dan Injil Markus menempatkan awal pengkhianatan Yudas Iskariot setelah peristiwa pengurapan Yesus oleh Maria, saudara Lazarus, di rumah Simon si kusta, di kota Betania, 6 hari sebelum Paskah (Matius 26:6-13; Markus 14:3-9; Yohanes 12:1-8).

Injil Yohanes mencatat, Yudas Iskariot menggalang murid-murid Yesus untuk menunjukkan rasa tidak senang, bahwa minyak narwastu yang mahal itu dibuang percuma untuk mengurapi kepala dan kaki Yesus Kristus.

Hal itu dikatakannya bukan karena Yudas memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya (Yohanes 12:4-6).

Yesus menegurnya bahwa pengurapan ini untuk mempersiapkan penguburan-Nya, sehingga kemungkinan Yudas menjadi marah tersinggung dan juga kecewa karena Yesus tidak berniat untuk memberontak terhadap orang Romawi, melainkan malah bersiap untuk mati.Karena itu masuklah Iblis ke dalam Yudas, dan pergilah ia kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka. Yudas berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?".

Mereka sangat gembira waktu mendengarnya dan mereka berjanji akan memberikan uang kepadanya, 30 uang perak. Dan mulai saat itu Yudas mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus tanpa setahu orang banyak (Matius 26:14-16; Markus 14:10-11; Lukas 22:3-6).

Keempat Injil sepakat bahwa pengkhianatan ini terjadi beberapa hari sebelum malam penangkapan Yesus.

Dari uraian diatas, pada prinsipnya, pengkhianatan Yudas adalah cermin penolakan manusia terhadap kehadiran Mesias. Pada konteks ini, Kristus justru di tolak oleh orang dekat-Nya sendiri—kalangan sendiri—murid-Nya sendiri (lihat nubuatannya dalam Mazmur 41:10; Mazmur 55:13-15; Zakharia 11:12-13); (bandingkan Yohanes 13:18; Matius 27:9-10).

Mungkin secara tidak langsung, penolakan Yudas ini lebih bersifat tidak langsung. Artinya bahwa Yudas melakukan hal ini tidak didasari oleh maksud untuk menolak Kristus, tetapi lebih kepada ketamakannya dalam memperoleh keuntungan dan kesenangannya sendiri. Apapun caranya, akan dia lakukan untuk memperoleh keuntungannya sendiri, tanpa mempedulikan orang lain disekitar dia—asalkan dia senang dan puas!

Sebagaimana dikatakan oleh Hollet & Macartney (2010) bahwa Yudas demi keuntungan dan kemenangan duniawi bertindak keterlaluan terhadap Yesus, sehingga Yudas tertipu oleh ketamakannya sendiri. Yudas tidak bersalah karena dengan sengaja menjual Yesus, tetapi ia justru bersalah karena ketamakan dan keserakahan untuk memuaskan hasrat duniawinya—dalam batin Yudas bukan pengkhianat, tetapi serakah dan tamak.

Menurut Uskup Besar Whately, “Perbedaan antara Iskariot dan teman-teman rasulnya adalah bahwa, walaupun mereka semua mempunyai harapan dan dugaan yang sama, Yudas berani bertindak berdasarkan dugaannya, menyimpang dari jalan biasa, yaitu tugasnya yang sudah ia ketahui, untuk mengikuti perhitungan kebijaksanaan duniawinya dan rencana-rencana ambisi duniawinya” (Discourse on the Treason of Judas Iscariot and Notes; dalam Hollet & Macartney, 2010).

Panggilan Yudas menjadi murid Kristus tidak tercatat dengan pasti. Namun, jelas bahwa ia mengikuti Yesus atas kemauannya sendiri. Nama Yudas sendiri berasal dari kata “Judah” yang artinya “Yahweh memimpin”. Tentunya nama ini diberikan oleh orang tuanya dengan harapan bahwa kelak ia akan dipimpin oleh Tuhan.

Jika di lihat dari nama marganya: “Iskariot” yang di dapat dari istilah bahasa Yahudi “Ish” (manusia), maka Yudas ini berasal dari sebuah kota yang bernama “Kerioth”—dia adalah orang dari Kerioth-hezron (bandingkan Yosua 15:25), yaitu sebuah kota kecil di selatan Yudea.

Sehingga Yudas adalah satu-satunya Rasul yang tidak berasal dari Galilea—sebagaimana banyak rasul lainnya sebelum mengenal Kristus, mereka sudah saling kenal karena merupakan teman masa kecil, saudara sepupu, teman dan rekan kerja.

Menurut MacArthur (2013), ketidakakraban murid-murid Yesus asal Galilea dengan Yudea pasti telah membantu dan mendorong Yudas untuk menjadi seorang pembohong.

Sebab murid-murid hanya tahu sedikit tentang keluarga dan latarbelakang Yudas sebelum menjadi murid Yesus. Sehingga hal ini sangat mudah bagi Yudas untuk berperan sebagai orang munafik.

Pertanyaannya, mengapa Yudas mengkhianati Kristus? Apa yag menjadi alasannya? Terdapat dua perspektif jawaban yang dapat dikemukakan untuk menjawab kedua pertanyaan ini.

Pertama, kita tidak mungkin dapat mengurangi dan menambahkan perkataan Alkitab mengenai hal ini. Peristiwa pengkhianatan Yudas memang sudah dinubuatkan sebelumnya, dan memang benar-benar tergenapi, seperti nubuat pada Mazmur 41:10; Mazmur 55:13-15; Zakharia 11:12-13.

Jika tak ada Yudas, siapakah yang menggantikan posisinya untuk melengkapi proses keselamatan manusia melalui penyaliban Kristus?

Menurut MacArthur (2013:213), firman Tuhan mengatakan bahwa ketika Yesus memilih Yudas, Ia tahu bahwa Yudas akan menjadi orang yang menggenapi nubuatan pengkhianatan itu. Ia jelas memilihnya untuk menggenapi rencana itu. Pertanyaannya, apakah Yudas bersalah? Sebab hal ini di luar kontrol dirinya? Untuk menjawabnya, mari kita lihat perspektif kedua berikut ini.

Kedua, tidak berarti bahwa Yudas terpaksa melakukan apa yang dilakukannya. Sebab tidak ada tangan yang tidak kelihatan yang memaksanya untuk mengkhianati Kristus. Yudas bertindak bebas dan tanpa paksaan pihak luar. Dia bertanggungjawab atas tindakannya sendiri.

Memang di lain pihak Yesus sendiri memilihnya. Namun ketegangan antara kedaulatan Ilahi dan pilihan manusia yang kemudian dimanifestasikan dalam panggilan Yudas sendiri, sama seperti murid Kristus lainnya. Mereka semua memilih untuk mengikut Yesus, tetapi sesungguhnya Yesuslah yang terlebih dahulu memilih mereka (Yohanes 15:16).

Demikian juga Yudas memilih mengikut Yesus, dan ia juga dipilih oleh Yesus. Namun pilihan ada ditangan Yudas. Dia kemudian terjebak dalam keangkuhan duniawinya sendiri, sehingga jatuh ke dalam dosa pengkhiantannya serta harus bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri, karena memang dia dikuasai oleh iblis.

Dari kedua hal di atas, dapat di tarik 3 (tiga) pedoman dasar penting untuk memahami pengkhianatan Yudas, yaitu:

  • Kita tidak boleh meragukan kesungguhan panggilan Yesus. Pada mulanya Yesus memandang Yudas sebagai murid dan pengikut berbakat. Tidak ada pra dalil lain untuk menilai benar-tidaknya kebijakan Yesus, juga himbauan-Nya yang berulang-ulang kepada Yuda
  • Pra pengetahuan Yesus tidak mencakup pra penentuan, bahwa Yudas secara tak terelakkan harus menjadi pengkhianat;
  • Yudas tak pernah sungguh-sungguh murid Yesus. Dia jatuh dari jabatan rasul, tapi ia tak pernah mempunyai persekutuan yang sungguh dengan Yesus.
Matius 26:14 menulis: Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala.

Matius 26:15 .. Ia berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya.

Matius 26:16, .. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.


SUMBER BUKU:
Busthan Abdy. (2017) Mesias dalam Progeni. Kupang: Desna Life Ministry

Posting Komentar

[facebook][disqus]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget