Ads

Pesta Sagu Buah Hitam Bagi Suku Yaur

Buah hitam, entah dalam bahasa latin atau penyebutan lain seperti apa namun orang Yaur menyebutnya buah hitam (idiha'ere). Suku Yaur berada dikampung Yaur sisi barat kabupaten Nabire-Papua.

Orang Yaur merupakan salah satu dari enam suku pribumi Nabire pesisir yang memiliki kearifan lokal (Lokal Wisdom) secara turun temurun dijaga sebagai kekayaan budaya.

Dalam tradisi buah ini bagi orang Yaur dianggap sebagai buah adat. Dalam tradisi Suku Yaur ketika pohon ini mulai berbunga harus dijaga dengan baik dan ada orang tertentu yang menjaganya hingga pada saat masa panen tiba.

Dilarang keras bagi kaum wanita yang saat masa subur melewati pohon tersebut. Berlaku juga bagi mereka yang misalnya melanggar hukum adat (sina,pencuri dll).

Jika orang-orang tadi dengan sengaja melewati pohon tersebut maka bunga/buah dari pohon buah hitam akan gugur, hal itu menyatakan orang tersebut ada buat kesalahan atau melanggar hukum adat sehingga dengan sendirinya secara alamia perbuatan mereka dinyatakan.

Pada saat masa panen semua warga secara kolektif bersama-sama melakukan panen tersebut. Persiapan dimulai dengan pembagian tugas ada yang harus mencari ikan di laut, berburu binatang di hutan dan mencari sayur dan sebagainya.

Lalu rombongan panen biasanya akan dipimpin oleh orang yang dituakan, dia yang akan mulai melakukan panen perdana secara simbolis menandakan panen tersebut dimulai. Lalu selanjutnya yang bertugas memanen atau memanjat dilakukan oleh anak-anak mantu lelaki dari suku Yaur.

Cara pengelolaan buah hitam untuk menjadi makanan akan dicampur dengan sagu yang selanjutnya dibungkus dan dipanggang/asar hingga kering.

Saat buah diramu hingga proses panggang atau asar harus mengikuti aturan-aturan adat, misalnya seperti yang telah disebutkan diatas bahwa dilarang wanita yang sedang masa subur, atau orang-orang yang mungkin berbuat kesalahan adat tidak boleh mendekat wilayah pembakaran/tempat diolahnya sagu bungkus tersebut.

Jika itu terjadi maka sagu tersebut akan mentah atau tidak matang dan hal itu dipercaya akan terjadi. Setelah proses ini semua dilakukan lalu sagu itu akan dibagi rata ke semua warga utuk makan bersama.

Pada saat makan, semua lauk pauk dikumpulkan baik sagu dan hasil tangkapan ikan dan dagin. Lalu proses makan/pesta makan bersama dilaksanakan dan semua makanan harus dibagi kepada semua warga tanpa terkecuali. Dan pesta ini merupakan pesta tahunan.

Akhirnya dalam waktu yang panjang saya baru menemukan satu tradisi Identitas yang menunjukan suku Yaur menganut sistim komunal. Trimah kasih Tuhan. (Hegure 22/01/2019)

Oleh. Sambena Inggeruhi
(Anggota DPRD Nabire)

Posting Komentar

[facebook][disqus]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget